Megat Panjialam

. إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوص 61.4. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Monday, August 19, 2013

SEMULIA MUSA, SEJAHAT FIR'AUN .

Petikan Dari Pena Minang



Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia mencintai kelembutan dalam segala urusan”

-HR. Bukhari-


Mari kita kembali ke zaman dahulu kala, kembali pada lembaran sejarah dunia yang dinodai oleh kekafiran seorang yang bernama Fir’aun. Ya...Fir'aun, diktator nombor 1 sepanjang sejarah manusia ini merupakan penguasa sebuah peradaban yang paling maju di dunia saat itu. Harta, takhta, dan dunia seakan keseluruhan adalah miliknya. Tetapi sudah menjadi dasar Fir’aun, tidak akan pernah berasa puas. Dia merasakan tidak cukup cukup hanya menjadi manusia, raja dan pemerintah sebuah empayar. Sebaliknya dia mahukan yang lebih dari itu. Satu sifat yang gila kuasa dan obses dengan kekuasaan sehingga melampaui akal dan batas-batas seorang manusia. Ya... Fir'aun mahukan dirinya menjadi TUHAN!!!

"Kemudian (Fir’aun) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi" (An Naazi’at : 24) [3]

Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, Fir'aun mendaulat dirinya sendiri sebagai Rabb di alam semesta. Dar tangan Fir’aun, dia telah mencabut nyawa ribuan atau jutaan manusia serta memaksa mereka untuk tunduk patuh secara mutlak kepada titah perintahnya. Entah berapa lama Fir’aun telah merasakan “seronok” menjadi Tuhan hingga akhirnya Allah utuskan kepada Fir'aun, Nabi yang mulia, Musa yang juga anak angkat Fir'aun sambil dibantu oleh saudaranya Harun ‘alaihimussalam.

Sekarang, perhatikanlah bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menghadap Fir’aun demi mematahkan keangkuhan dan kekafirannya ;

Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut” (Taha: 43-44) [3]

Lihatlah bagaimana Allah ‘azza wa jalla memerintahkan Nabi-Nya untuk berdakwah kepada seorang Fir’aun. Bayangkan, seorang Hitler yang telah membuatkan Eropah berkecamuk dalam perang dunia dan memakan korban jutaan jiwa pun sudah digambarkan sebagai orang yang paling bengis di dunia, seorang Stalin yang hanya bertanggung jawab atas kematian jutaan rakyatnya pun sudah dikategorikan sebagai diktator kejam, bagaimana pula dengan Fir’aun yang merupakan penguasa terbesar di zamannya? Yang telah memaksa manusia sujud kepadanya, yang telah membunuh bayi yang baru keluar dari perut ibunya? MasyaAllah...lagi super duper zalim!

Akan tetapi, apakah Allah kemudian menyuruh Nabi Musa dan Harun untuk berjumpa dan memaki hamun atau memukul kepala Fir'aun dengan tongkat Musa? Jawapannya TIDAK!!! Allah menyuruh mereka untuk berdakwah, menyampaikan kebenaran, memberi peringatan hadapan Fir’aun dengan penuh kelembutan.

Dan bagaimana mereka harus menyampaikan kebenaran itu? Apakah dengan pemberontakkan? Apakah dengan sumpah serapah? Apakah dengan cacian dan makian? Adakah dengan mengangkat sepanduk? Berdemonstrasi? 'Flashmob'? Baring di hadapan istana Fir'aun? Sungguh....tidaklah mereka diperintahkan berdakwah kecuali dengan cara yang lemah lembut.

Refleksi Diri : Bersikap Lemah Lembutlah dalam Berdakwah

Sungguh menarik apa yang diucapkan oleh Khalifah yang masyhur, Harun Al Rasyid rahimahullah, ketika didatangi oleh seorang rakyatnya yang mengkritik beliau dengan tanpa sebarang adab dan akhlak.

Berkata lelaki yang mahu mengkritik Khalifah Harun Al Rasyid, “Wahai Harun, aku akan berbicara kepadamu dengan keras, dan aku ingin menasihatimu!” Kemudian Harun Al Rasyid menjawab,

Wahai Fulan, aku tidak mahu mendengar perkataanmu itu. Sebab aku tidak sejahat dari Fir’aun dan engkau pun tidak lebih baik dan mulia dari Musa ‘alaihissalam. Padahal Allah ta’ala telah memerintahkan Musa untuk berkata kepada Fir’aun dengan perkataan yang lembut”[1]

Inilah yang seharusnya difikirkan oleh orang-orang yang berdakwah tetapi sering melampaui batas. Mereka berdakwah kepada saudara-saudara mereka yang sesama muslim seakan-akan yang didakwahkan itu jauh lebih buruk daripada orang kafir. Inikah yang disebut dakwah Islamiyyah? Yang sehingga menyebabkan mata pena dan lidahnya jauh lebih tajam untuk saudara-saudara sesama agamanya? Padahal si pendakwah tadi belum tentu dia lebih baik dari yang didakwahkan. Malah yang hendak berdakwah dengan keras itu sendiri tadi bukanlah manusia yang maksum dan dijamin selamat dari melakukan kesalahan. Subhanallah.

Lemah Lembut Kunci Kejayaan Dakwah

"Maka dengan sebab rahmat (yang melimpah-limpah) dari Allah (kepadamu wahai Muhammad), engkau telah bersikap lemah-lembut kepada mereka (sahabat-sahabat dan pengikutmu), dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu." (Ali Imran: 159) [3]

Sebagai rakyat Malaysia, mari kita lihat sejarah bangsa kita sendiri. Islam masuk ke Malaysia tidak dengan perantara pedang, tidak datang dengan para penjajah (sebagaimana agama Kristian yang masuk melalui penjajahan), tetapi Islam datang dengan membawa kedamaian dan keadilan. Ketika Malaysia menjadi sebuah negara yang memiliki penduduk majoriti beragama Islam, pelbagai penyimpangan juga yang berlaku di dalam negara ini. Dari fahaman Liberal, Pluralisme agama, Khawarij, hatta ke Syiah sudah mula bercambah di dalam negara.

Sekarang pertanyaannya, mengapa Islam begitu mudah masuk ke Malaysia? Salah satu alasan paling penting adalah kerana kelembutan dan akhlak para pendakwahnya. Dan satu pertanyaan lagi, mengapa pula aliran yang menyimpang yang malah berkembang di negara ini? Jawapannya kerana aliran-aliran dan ajaran agama yang menyimpang itu datang dengan menggunakan cara yang lemah lembut dan akhlak yang baik.

Wahai saudaraku, tidakkah kita seharusnya malu dengan sikap kita hari ini yang keras, ganas dan tidak berakhlak. Lebih-lebih lagi bila berhadapan dengan kaum Muslimin yang melakukan kesilapan? Dan bila memberikan nasihat dan kritikan, kita melampaui batas bagaikan kita ini seakan jauh lebih mulia dari Musa dan Harun. 

Tidak malukah kita mengaku melaung-laungkan 'kembali kepada sunnah', 'tidak ada hukum lain selain dari hukum ALLAH', namun dalam masa yang sama kita sendiri melanggar hukum ALLAH? Firman Allah;

"Patutkah kamu menyuruh manusia supaya berbuat kebaikan sedang kamu lupa akan diri kamu sendiri; padahal kamu semua membaca Kitab Allah, tidakkah kamu berakal." (Al-Baqarah : 44) [3]

Kita seharusnya berlemah lembut dalam menyampaikan dakwah sesama muslim. Bukankah kita yang mengaku mengikuti sunnah Rasulullah seharusnya memiliki sifat lemah-lembut ini?

"Nabi Muhammad ialah Rasul Allah dan orang- orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaliknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam). (Al Fath : 29) [3]

Contoh Terbaik

Telah datang kepada kita begitu banyak kisah-kisah dakwah para Nabi yang menggambarkan bagaimana lembutnya dakwah mereka. Dan salah satunya, mari kita semak kisah Nabi kita yang mulia, Rasulullah ,

Suatu suatu hari para sahabat sedang berada dalam masjid bersama Rasulullah . Lalu datanglah seorang Arab badwi yang  kemudian berdiri untuk membuang air kecil di dalam masjid. Para sahabat mengherdiknya namun Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian melarangnya, biarkanlah dia selesaikan kencingnya dahulu”. Maka mereka membiarkan orang itu menyelesaikan hajatnya. Setelah selesai, orang itu dipanggil oleh Rasulullah dan beliau bersabda, “Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak selayaknya di dalamnya ada sesuatu dari gangguan dan kotoran. Sesungguhnya masjid itu hanyalah untuk solat dan membaca Al Qur’an”. Setelah itu Rasulullah memerintahkan seseorang untuk mengambil air dan menyiram di tempat kencing Arab Badwi tadi. 
(HR. Bukhari no. 219)

Hadis ini mengandungi beberapa pengajaran. Diantaranya ialah keharusan bersikap berlemah-lembut dengan orang jahil serta mengajarkannya tentang apa yang menjadi kewajipannya tanpa perlu memberikan denda kepadanya jika orang itu tidak keras kepala (tidak membangkang). Apalagi terhadap orang yang kita ingin jinakkan hatinya. Hadis ini menunjukkan betapa lemah-lembutnya Rasulullah dan baiknya akhlak baginda.[2]

Sumber Penulisan:

1. Faedah dari kajian di Masjid Al Istiqamah Taman Yasmin Bogor, 26 Januari 2013, oleh Ustaz Syariful Mahya Lubis hafizhahullah.


2. Contoh Hikmah dalam Berdakwah, disusun oleh Ustaz Abu Abdurrahman Abdullah Zaen. Penerbit: Pustaka Muslim. Yogyakarta.


3. Terjemahan Al-Quran. Pejabat Perdana Menteri. 
http://www3.pmo.gov.my/WebNotesApp/RqrMainE.nsf/WebQuranBannereng?OpenFrameSet



Baca seterusnya :  di sini


No comments :

DISCLAIMER

Blog ini tidak bertanggungjawab terhadap komentar yang diutarakan melalui ruangan ini. Ia pandangan peribadi pemilik akaun dan tidak semestinya menggambarkan pendirian blog ini. Segala risiko akibat komen yang disiarkan menjadi tanggungjawab pemilik akaun sendiri. Penulis tidak memaksa anda memasuki blog ini dan tidak akan bertanggungjawab jika ada yang tercedera atau tersinggung emosi, atau disaman jika melanggar akta mesin cetak dan lain-lain undang-undang yang berkaitan. Segala caci maki, kutukan, fitnah adalah antara anda dengan ALLAH Azza Wa'jal. Berilah komen dan kritikan yang membina. Insyallah kami akan cuba membalas komen-komen anda.